MAKALAH
DASAR-DASAR ALKITABIAH PWG DAN
APLIKASINYA DI GEREJAKU
O
l
e
h
LUNU MISSA
Nim: 15.12.285
Dosen: Pdt. Dr. Insriatmi, D. Min
SebagaiPersyaratanUntukMemenuhiTugas
Mata Kuliah
Pembinaan Warga Gereja
SekolahTinggiTeologiElohim
Indonesia
(STTELA)
Malang – Ampelgading 2015/2016
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
C.
Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
BAB II ISI
A.
Pengertian Pembinaan Warga Gereja ..................................................... 3
B.
Tugas Pembinaan Warga Gereja ..................................................... 3
C.
Dasar Teologis Pembinaan Warga
Gereja (PWG) dalam Alkitab ..... 4
D.
Tujuan Pembinaan Warga Gereja ..................................................... 7
E.
Dasar-Dasar Alkitab Tentang Peran
Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG). ......................................................................................... 8
F.
Aplikasi atau Contoh Praktis
Program & Model-Model P........................... 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 13
Daftar Pustaka ......................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gereja adalah suatu kehidupan
bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus
Kristus. Kehidupan bersama itu dibentuk oleh orang-orang yang atas pertolongan
Roh Kudus menerima dengan percaya terhadap penyelamatan Allah di dalam Tuhan
Yesus Kristus. Pengertian demikian menunjukkan bahwa Gereja memiliki segi ilahi
dan segi manusiawi. Segi ilahi Gereja adalah sebagai buah penyelamatan Allah,
maka Pemilik dan Penguasa Gereja adalah Allah. Segi manusiawi Gereja adalah
sebagai kehidupan bersama religius, yang oleh pertolongan Roh
Kudus diciptakan dan diselenggarakan secara lembagawi oleh manusia.
Sebagai suatu kehidupan bersama
religius yang lembagawi, Gereja membutuhkan kepemimpinan. Kekhasan kepemimpinan
Gereja di dasarkan pada segi ilahi dan segi manusiawi Gereja. Dari segi ilahi
gereja, Gereja adalah buah penyelamatan Allah, yang hidupnya dipimpin oleh
Allah melalui bekerjanya Roh Kudus dengan Alkitab sebagai alat-Nya. Dari segi
manusiawi, Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dipimpin oleh
manusia yang atas kehendak Allah dalam kebijaksanaan-Nya dipanggil secara
khusus untuk melaksanakan tugas kepemimpinan. Oleh karena itu, apa yang
diputuskan dan atau yang dilakukan oleh manusia dalam memimpin Gereja, harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Untuk menentukan bahwa suatu
keputusan dan atau tindakan manusia dalam memimpin Gereja dapat
dipertanggungjawabkan kepada Allah, dipakai tiga tolok ukur yang berjenjang.
Tolok ukur tertinggi adalah Alkitab yang secara mutlak menentukan kebenaran
tolok ukur yang lain, serta dalam bimbingan dan penguasaan Roh Kudus. Di bawah
Alkitab adalah pokok-pokok ajaran Gereja yang dibuat berdasarkan Alkitab untuk
menjadi pegangan bagi Gereja di dalam kehidupan dan pelaksanaan tugasnya.
Setiap Gereja adalah Gereja Allah
yang mandiri yaitu Gereja yang memiliki kewenangan dan mampu mengatur diri
sendiri, mengembangkan diri sendiri, dan membiayai diri sendiri. Dalam
mewujudkan kemandiriannya setiap Gereja wajib mengembangkan kebersamaan
dengan Gereja lain baik secara klasikal maupun sinodal. Sebaliknya,
dalam kebersamaan klasikal dan sinodal wajib mengembangkan
kemandirian setiap Gereja.
Semua pelayanan gereja adalah
pembinaan warga gereja agar mampu melaksanakan tugas panggilan Tuhan. Pembinaan
merupakan usaha gereja untuk mendewasakan warga gereja, agar melalui proses
belajar dan mengalami perubahan diri yang terus menerus, warga gereja mau dan
mampu bersaksi, bersekutu dan melayani di tengah-tengah gereja dan masyarakat.
B.
Tujuan
Penulisan
Secara kategorial, tujuan dari pembinaan warga gereja,
sebagai berikut:
a. Tujuan Umum :
·
Upaya
meperlengkapi orang-orang kudus bagi pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.
·
Mempersiapkan
warga gereja untuk hadir dan berperan serta agar menjadi berkat di
tengah-tengah masyarakat.
b.
Tujuan Instruksional :
·
Meningkatkan
kemampuan warga gereja dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian.
C.
Ruang
Lingkup
Dalam Pembahasan
Makalah ini, saya hanya membahas tentang:
1. Pengertian
Pembinaan Warga Gereja
2. Tugas
Pembinaan Warga Gereja
3. Dasar
Teologis Pembinaan Warga Gereja (PWG) dalam Alkitab
4. Tujuan
Pembinaan Warga Gereja
5. Dasar-Dasar
Alkitab Tentang Peran Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG).
6. Aplikasi
atau Contoh Praktis Program & Model-Model PWG.
BAB
II
ISI
A.
Pengertian
Pembinaan Warga Gereja
Istilah
“pembinaan” berasal dari kata dasar ”bina”. Bila melihat ke dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dapat ditemukan bahwa kata “bina” berarti “mengusahakan
supaya lebih baik (maju, sempurna, dan sebagainya)”. Sedangkan arti dari kata
“pembinaan” adalah “proses, cara, usaha, dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”. Pengertian ini
tidak jauh berbeda dengan yang diberikan oleh Poerwadarmita (1987). Menurut
beliau pembinaan adalah “suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna berhasil, untuk memperoleh hasil yang lebih baik.”[1]
Istilah
“warga gereja” dalam bahasa Yunani ialah “laikoi”, yang berarti “semua anggota
dalam tubuh Kristus, yaitu gereja secara rohaniah, yang telah menerima Kristus
sebagai Juruselamat, terdaftar sebagai anggota dalam sebuah gereja lokal, dan
juga yang turut mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi”. Dengan demikian
semua orang yang telah dibaptis adalah warga gereja, termasuk pendeta dan semua
pelayan Tuhan lainnya yang ada dalam gereja.
Berdasarkan
pengertian dari kedua istilah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
“pembinaan warga gereja” adalah “suatu usaha pembinaan yang berpusat pada
Kristus, berdasarkan pengajaran Alkitab, dan merupakan proses untuk
menghubungkan kehidupan warga jemaat dengan Firman Tuhan, melalui membimbing
dan mendewasakannya dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus.”
B.
Tugas
Pembinaan Warga Gereja
a.
Tugas PWG lebih banyak ke arah memperlengkapi
warga gereja supaya meningkatkan kemampuan penghayatan imannya, tetapi juga
agar ia dimungkinkan mewujudkan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia
dan masyarakat dimana ia berada dengan segala apa yang ada padanya.
b.
PWG lebih bersifat non-formal pada warga gereja
(PWG secara formal di STT) yang diselenggarakan sesuai kebutuhan-kebutuhan
khusus dan berlangsung dalam waktu yang singkat.
c.
Pelaksanaan tugas PWG lebih bersifat fleksibel
di gereja (PWG di STT sesuai Standar Kurikulum : Nasional/Depak&Dikti,
Persetia dan muatan lokal), karena disiapkan dan disusun sesuiai dengan
kebutuhan-kebutuhan aktual.
C.
Dasar
Teologis Pembinaan Warga Gereja (PWG) dalam Alkitab
Andar Ismail, dalam
bukunya “Awam dan Pendeta”, Mitra Membina Gereja, mengatakan “setiap orang
percaya diberi mandat oleh Allah untuk melayani orang-orang lain, untuk
mengekspresikan imannya dalam tindakan sosial yang bermanfaat dan dengan
demikian mengkomunikasikan kekuasaan Injil.”
Secara teologis,
pemahaman ini mau menunjukkan bahwa tugas tugas pelayanan adalah tugas semua
orang percaya. Artinya bukan hanya orang-orang yang secara struktural memiliki
jabatan kependetaan, jabatan majelis, jabatan guru Injil dan lain-lain
melainkan menjakup semua orang percaya. Karena itu pelaksanaan PWG dalam gereja
mempunyai alasan teologis yang signifikan. Ayat pendukung yang dijadikan titik
berangkat PWG adalah ayat yang dikenal dengan Amanat Agung, yaitu Matius
28:19-20.
Pembangunan Jemaat
sebagai suatu panggilan Gereja, didasarkan pada penggunaan istilah oikodome
(pembangunan) dan oikodomein (membangun, mendirikan, membuat) yang dipakai
dalam alkitab. Dalam Perjanjian Lama, kata oikodomein itu dipakai untuk
menunjuk pada pekerjaan atau perbuatan Allah yang membangun Bait-Nya (mis. Yes.
66:1 bdk. Kis. 7:48; Yer 33:7). Kata "Bait" dalam Perjanjian Lama ini
dipahami sebagai "tempat Allah berdiam", yaitu tempat dalam arti
fisik (bangunan Bait Allah) maupun dalam arti sekelompok orang yang disebut
dengan kata ''umat Allah'. Dalam PB, pengertian "Bait" sebagai
''umat" juga berlaku, dan bahkan oleh Tuhan Yesus maupun oleh
Rasul-rasul-Nya secara tegas menunjuk kepada "Gereja" sebagai suatu
persekutuan orang beriman (Yoh. 2:21; Kis. 9:31; Ef. 2:19-22). Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa Pembangunan Gereja itu sebenarnya adalah pekerjaan Allah
sendiri.
Namun selanjutnya, dalam
rangka melaksanakan pekerjaan-Nya itu, Allah juga melibatkan orang-orang
beriman dalam Gereja untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya. Kesediaan Allah
melibatkan orang-orang beriman dalam pekerjaan-Nya itu, dapat kita jumpai dalam
firman-Nya : " Dan biarlah dirimu juga dipergunakan sebagai batu hidup
untuk pembangunan (oikodome) rumah rohani (I Petrus 2:5) ".
Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun orang beriman sebagai manusia memiliki berbagai keterbatasan dan
kelemahan, namun Allah sendirilah yang menghendaki. Allah menghendaki agar
orang-orang beriman menggunakan seluruh kemampuannya untuk ikut ambil bagian
dalam karya-Nya (Mat. 22: 37-40). Oleh karena itu, Allah sendiri pula yang
memperlengkapi orang-orang beriman untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan-Nya
(I Kor. 12:4; I Kor. 14:12), dan yang pada akhirnya Allah jugalah yang
menyempurnakan pekerjaan orang beriman dalam pembangunan Gereja-Nya (I Kor.
13:8-12). Apa yang dilakukan oleh Allah dan yang juga dipercayakan kepada
orang-orang beriman, itu Allah lakukan dengan tujuan agar Kerajaan Allah
semakin terwujud di dunia ini menuju kepada kesempurnaannya, yang berlangsung
secara bertahap sebagai suatu pertumbuhan (I Kor. 3:6; Wahyu 21:2)
Dari apa yang telah
diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa sebagai suatu panggilan, Pembangunan
Jemaat adalah upaya orang-orang beriman untuk melibatkan diri dalam pekerjaan
Allah, dengan bimbingan Roh Kudus serta terbuka menggunakan ilmu pengetahuan
yang dimiliki secara bertanggung jawab, dan dilakukan tahap demi tahap,
sehingga Gereja menjadi seperti yang dikehendaki oleh Kristus.Tujuan PWG
Dalam Gereja, usaha
perbaikan hidup dan karya Gereja itu secara garis besar dapat dibagi ke dalam
dua tujuan pokok, yaitu : pertumbuhan ekstensif (pertumbuhan ke luar) dan
pertumbuhan intensif (pertumbuhan ke dalam).
Pertumbuhan Ekstensif
mengandaikan adanya perluasan gereja karena adanya pertambahan anggota gereja
baru. Pengandaian ini diinspirasi oleh pengalaman gereja pada zaman Para Rasul,
dalam memberitakan injil kepada bangsanya dan bangsa-bangsa lain. Usaha itu
mengakibatkan munculnya gereja-gereja baru yang menggembirakan, karena ada
banyak orang-orang baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru
dibaptiskan (Kisah 2:41). Namun kegembiraan karena munculnya gereja-gereja baru
itu segera disusul oleh adanya keprihatinan baru, yaitu keprihatinan akan
kelangsungan, kesinambungan, dan pendalaman penghayatan iman akan Tuhan Yesus Kristus.
Itulah sebabnya pertumbuhan ekstensif itu segera ditindak-lanjuti dengan
pertumbuhan intensif. Pertumbuhan Intensif mengandaikan perlunya warga gereja
baru itu semakin mendalami penghayatan imannya akan Yesus Kristus (Kisah 2:42).
Dalam suratnya kepada
Jemaat Korintus, Paulus mengatakan bahwa dalam rangka pertumbuhan ke dalam,
orang luar sejak semula harus sudah diperhatikan (I Kor. 14:23-25). Hubungan
pertumbuhan ke dalam dan ke luar juga ditegaskan oleh kenyataan bahwa jemaat
yang berkembang dengan baik, selalu menimbulkan daya tarik untuk orang luar
(bdk. Kisah 2:41-47). Dari sudut pandang yang lain, perhatian ke luar juga
penting bagi pembangunan ke dalam. Gereja yang hanya sibuk dengan kelangsungan
dan keselamatan dirinya sendiri, niscaya kehilangan daya tariknya. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa dalam rangka memperbaiki kehidupan gereja itu
merupakan usaha serempak membenahi pertumbuhan ke dalam demi pertumbuhan ke
luar, sekaligus membenahi pertumbuhan ke luar sebagai prasyarat bagi pertumbuhan
ke dalam.
Namun tujuan Pembangunan
Jemaat itu pertama-tama dan terutama bukan demi pertumbuhan ke luar dan ke
dalam itu semata. Tujuan Pembangunan Jemaat adalah agar Gereja dalam hidup dan
karyanya di dunia ini sungguh-sungguh menjadi Gereja Tuhan Yesus sebab, gereja
adalah buah karya penyelamatan Allah yang difungsikan oleh Allah untuk ikut
ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah atas seluruh umat manusia (Kisah
13:2, 17:18; Matius 4:18-22; 2 Timotius 1:7-9, 2:3).
Oleh karena itu, tujuan
Pembangunan jemaat bukan semata-mata demi dan untuk gereja itu sendiri. Tujuan
Pembangunan Jemaat lebih luas dari Gereja, yaitu mengusahakan agar tindakan
yang dilakukan di dalam dan oleh Gereja, senantiasa mengacu pada tujuan karya
Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupannya, yaitu
kedatangan Kerajaan-Nya di dunia ini.
D.
Tujuan
Pembinaan Warga Gereja
Dalam Gereja, usaha
perbaikan hidup dan karya Gereja itu secara garis besar dapat dibagi ke dalam
dua tujuan pokok, yaitu : pertumbuhan ekstensif (pertumbuhan ke luar) dan
pertumbuhan intensif (pertumbuhan ke dalam).
Pertumbuhan Ekstensif
mengandaikan adanya perluasan gereja karena adanya pertambahan anggota gereja
baru. Pengandaian ini diinspirasi oleh pengalaman gereja pada zaman Para Rasul,
dalam memberitakan injil kepada bangsanya dan bangsa-bangsa lain. Usaha itu
mengakibatkan munculnya gereja-gereja baru yang menggembirakan, karena ada
banyak orang-orang baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru
dibaptiskan (Kisah 2:41). Namun kegembiraan karena munculnya gereja-gereja baru
itu segera disusul oleh adanya keprihatinan baru, yaitu keprihatinan akan
kelangsungan, kesinambungan, dan pendalaman penghayatan iman akan Tuhan Yesus
Kristus. Itulah sebabnya pertumbuhan ekstensif itu segera ditindak-lanjuti
dengan pertumbuhan intensif. Pertumbuhan Intensif mengandaikan perlunya warga
gereja baru itu semakin mendalami penghayatan imannya akan Yesus Kristus (Kisah
2:42).
Dalam suratnya kepada
Jemaat Korintus, Paulus mengatakan bahwa dalam rangka pertumbuhan ke dalam,
orang luar sejak semula harus sudah diperhatikan (I Kor. 14:23-25). Hubungan
pertumbuhan ke dalam dan ke luar juga ditegaskan oleh kenyataan bahwa jemaat
yang berkembang dengan baik, selalu menimbulkan daya tarik untuk orang luar
(bdk. Kisah 2:41-47). Dari sudut pandang yang lain, perhatian ke luar juga
penting bagi pembangunan ke dalam. Gereja yang hanya sibuk dengan kelangsungan
dan keselamatan dirinya sendiri, niscaya kehilangan daya tariknya. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa dalam rangka memperbaiki kehidupan gereja itu
merupakan usaha serempak membenahi pertumbuhan ke dalam demi pertumbuhan ke
luar, sekaligus membenahi pertumbuhan ke luar sebagai prasyarat bagi
pertumbuhan ke dalam.
Namun tujuan Pembangunan
Jemaat itu pertama-tama dan terutama bukan demi pertumbuhan ke luar dan ke
dalam itu semata. Tujuan Pembangunan Jemaat adalah agar Gereja dalam hidup dan
karyanya di dunia ini sungguh-sungguh menjadi Gereja Tuhan Yesus sebab, gereja
adalah buah karya penyelamatan Allah yang difungsikan oleh Allah untuk ikut
ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah atas seluruh umat manusia (Kisah
13:2, 17:18; Matius 4:18-22; 2 Timotius 1:7-9, 2:3).
Oleh karena itu, tujuan
Pembangunan jemaat bukan semata-mata demi dan untuk gereja itu sendiri. Tujuan
Pembangunan Jemaat lebih luas dari Gereja, yaitu mengusahakan agar tindakan
yang dilakukan di dalam dan oleh Gereja, senantiasa mengacu pada tujuan karya
Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupannya, yaitu
kedatangan Kerajaan-Nya di dunia ini.
E.
Dasar-Dasar
Alkitab Tentang Peran Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG).
Berikut ini kita akan
melihat beberapa hal yang termuat dalam Alkitab[2],
baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai sosok gembala, antara
lain:
a. Gembala
di dalam Perjanjian Lama
ü Celakalah
Gembala yang memberi makan dirinya sendiri (Yehezkiel 34:1 – 3). Pesan
dari Yehezkiel 34 merupakan pernyataan utama dari perspektif Perjanjian Lama
mengenai penggembalaan. Mereka yang memimpin bangsa Yehuda mempunyai fungsi
penggembala. Hal ini termasuk para penguasa mau pun pemimpin agama; keduanya
bertanggung jawab untuk memelihara bangsa. Tekanannya pada pemeliharaan rohani
dari umat Allah. Di ayat 2, ada teguran dan dakwaan terhadap para gembala. Para
gembala bangsa bersalah atas satu dosa yang tampak jelas, yaitu memberi makan
diri sendiri bukannya memberi makan dombanya.
ü Campur
tangan Tuhan bagi kawanan domba yang terlantar (Yehezkiel 34:10b). Para
gembala bisa saja beranggapan bahwa kawanan domba itu milik mereka sehingga
diperlakukan seenaknya saja. Allah menegaskan siapa pemilik domba-domba itu
sesungguhnya. Mereka adalah milik-Nya sendiri yang istimewa. Pada saat seorang
gembala terlalu memperhatikan kebutuhannya sendiri sehingga mengabaikan dan
menganiaya kawanan dombanya, ia secara sadar mau pun tak sadar mulai mengambil
keuntungan dari mereka.
b. Gembala
di dalam Perjanjian Baru
§ Gembala
sejati (Yohanes 10:1 – 6). Sebagaimana domba-domba mengenali suara Sang
Gembala Utama, demikianlah jemaat seharusnya mempunyai keyakinan teguh kepada
masing-masing gembala jemaatnya. Pengadaan fasilitas dan aktivitas gerejawi
bukanlah aspek-aspek penting dari pelayanan gereja, melainkan hubungan pribadi
yang dekat antara gembala dengan jemaatnya.
§ Gembala
penjaga (Yohanes 10:7 – 18). Ancaman bahaya yang paling menakutkan dari
kawanan domba tanpa penjagaan dari gemabalanya adalah bahaya pembunuhan dari
hewan-hewan buas yang ada di sekelilingnya, dibandingkan ancaman kelaparan.
Karakter gembala sejati menjadikannya seorang gembala penjaga. Dialah yang
menjamin fungsi perlindungan.
§ Kawanan
domba mengenal gembala yang sejati (Yohanes 10:19 – 29). Hanya domba yang
mengenal suara Gembala Utama yang dapat menerima pemeliharaan
penggembalaan-Nya. Sebagian orang Yahudi menginginkan pemeliharaan itu. Namun,
karena ketidakpercayaan mereka, perpecahan dan kebingungan terus berlanjut di
antara mereka. Akibatnya, mereka tidak menerima pemeliharaan Gembala Utama.
Demikian juga orang di gereja tidak dapat menerima pemeliharaan pastoral jika
mereka tidak percaya penuh kepada kuasa dan karya Tuhan Yesus.
F.
Aplikasi atau Contoh Praktis
Program & Model-Model PWG.
PWG
merupakan salah satu upaya konkret gereja dalam melaksanakan tugas perberdayaan
umat-Nya, baik yang bersifat teologis maupun yang bersifat praktis secara
relevan. Artinya bahwa; dari aspek teologis, gereja dan wargannya diperlengkapi
kemampuan menginterpretasikan kebenaran pesan-pesan Alkitabiah secara tepat dan
benar ke dalam situasi masyarakat tertentu ataupun dunia.
Di
sini dibutuhkan disain pembinaan teologi warga jemaat yang berbobot dan tepat,
artinya dapat menjawab pergumulan dan pertanyaan-pertanyaan iman Kristen.
Sedangkan aspek praktis, pembinaannya diharapkan menyentuh seluruh aspek
perlengkapan dasar manusia (dalam bentuk multi kompetensi) agar gereja dan
wargannya memiliki ketrampilan pengetahuan (technical Know how) dalam
berbagai segi, untuk mengatasi masalah-masalah hidup yang dihadapinya. Berikut
adalah contoh dari bagaimana cara penyusunan program PWG dan contoh programnya
yang belum update, supaya kita tahu bagaimana kemudian mengembangkan dalam
dunia kita saat ini.
Contoh :
Pedoman Penyusunan Program Pembinaan dalam Jemaat.
Langkah I : Kebutuhan
Langkah II : Menetapkan
Tujuan
Langkah III : Menyusun Program
Langkah IV : Menyediakan
Bahan dan Metode
Langkah V : Organisasi
dan Administrasi
Langkah VI : Evaluasi
Langkah VII : Kebutuhan
Baru
Contoh : Strategi
Program Pembinaan Warga Jemaat .
Pelayanan Mimbar
Peranan Penyambut Tamu dalam Pelayanan Jemaat.
Pelayanan Kunjungan.
Kelompok Doa
Pelayanan Bimbingan
Pemahaman Alkitab (P.A.)
Latihan Kepemimpinan Kristen.
Persekutuan Kaum Pria.
Program Pembinaan Pemuda/i
Program Pembinaan Keluarga
Pembinaan Kaum Dewasa.
Seminar Penatalayanan Keuangan
Kita bisa melanjutkan
dengan daftar program yang sesuai dengan kebutuhan dari jemaat lokal dimana
kita melayani, dimana pada intinya kita sebagai pendamping/pendorong/pelatih
untuk memperlengkapi jemaat seperti kita telah diperlengkapi lebih dahulu.
Contoh lain juga bisa kita dapatkan dari buku Seri Pembinaan Jemaat yang
ditulis oleh G. Rimer, berisi tentang bahan-bahan penataran untuk
Penatua yang diterbitkan dalam empat jilid :
1.
Jemaat Yang Hidup
2.
Si Penatua
3.
Kunjungan Rumah
4.
Administrasi Gereja
Dengan contoh-contoh seperti tersebut di atas kita bisa membuat
buku dan bahan penataran untuk jemaat yang kita layani seperti pelatihan musik
atau vokal dst. Bahkan mereka didorong untuk juga membekali jemaat lain dengan
keahlian sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing, baik itu bidang
ekonomi, politik, kewirausahaan/bisnis, pendidikan dan seterusnya di segala
aspek kehidupan. Di mana pada intinya ada di area model-model PWG seperti
:
§ Lewat
Pengajaran
Pengajaran
Firman Tuhan adalah dasar dari semua program dalam Pembinaan Warga Gereja.
Pemberitaan Firman harus menjadi pusat pembinaan iman warga gereja, karena iman
datang dan bertumbuh dari mendengar akan Firman Tuhan (Roma 10:17).
§ Lewat
Pelayanan khusus (kategorial)
Adanya pelayanan khusus
(kategorial) ini adalah karena melibatkan warga yang mempunyai kesamaan minat
dalam bidang-bidang tertentu seperti kewanitaan, kepemudaan, pendidikan
anak-anak dan remaja, kebapaan. [18]
Warga gereja dibina sesuai dengan kelompok usia dan jenisnya masing-masing agar
tujuan pembinaan dapat diterima dengan kontekstual dan prosesnya dapat berjalan
efektif.
§ Lewat
Pemuridan
Banyak gereja yang
menawarkan berbagai “program pemuridan” seperti kelas-kelas, seminar-seminar,
kelompok-kelompok kecil pemuridan. Apabila diamati lebih seksama, ternyata
“program-program pemuridan” yang demikian tidak efektif dalam menghasilkan
perubahan hidup yang kokoh. Perubahan hidup yang nampak hanya bersifat
sementara bila tidak ditindaklanjuti secara berkelanjutan. Esensi dari
pemuridan yang sebenarnya adalah memberikan contoh atau model dalam menuntun orang
lain untuk mencapai potensi maksimalnya.
§ Lewat
Kelompok Kecil
Pembentukan persekutuan
warga jemaat dalam kelompok-kelompok kecil merupakan strategi yang baik untuk
menyediakan komunitas yang sehat kepada mereka, hal ini dimaksudkan agar antar
warga jemaat dapat saling memperhatikan dan membangun sehingga sama-sama
mengalami pertumbuhan jasmani dan rohani. Perlu ditegaskan bahwa memperhatikan
antar warga jemaat di dalam kelompok kecil tidak hanya sebatas masalah
rohaninya saja, tetapi juga masalah lain yang menyangkut seluruh segi kehidupan
(kesehatan, ekonomi, pendidikan, keluarga, dll).
§ Lewat
Pelatihan keterampilan hidup
Gereja yang benar
sesungguhnya tidak pernah membatasi fungsinya hanya sebagai pengelola
program-program pembinaan bagi warga jemaat yang erat kaitannya dengan hal-hal
rohani saja. Gereja dapat mengadakan pelatihan keterampilan hidup sesuai dengan
kebutuhan warga jemaatnya. Misalnya pelatihan memasak bagi jemaat wanita, ini
dapat membekali mereka yang hendak membuka usaha kuliner untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan sesungguhnya lebih luas lagi dalam dunia
pendidikan formal baik umum ataupun STT bahkan Rumah Sakit.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tulisan
ini mau mengkritisi si pelayan (pendeta dan Jemaat), pelayanan itu sendiri dan
PWG yang perlu terus update sebagai bidang ilmu. Berikut adalah beberapa
kesimpulannya.
1. PWG
berasumsi bahwa konsepsi yang tinggi tentang warga gereja bukan berari konsepsi
yang rendah tentang jabatan pendeta. Kelahiran PWG bukanlah untuk memperjuangkan
status yang lebih tinggi bagi warga gereja lalu mengurangi arti jabatan
pendeta. Peranan warga gereja adalah di garis depan, dan untuk itu dibutuhkan
pembekalan pendeta di garis belakang. Keduannya saling menopang, sehingga
pendeta dan jemaat saling belajar, bukan dimana pendeta mentransmisikan suatu
kebenaran otoritatif.
2. Adanya
PWG bukanlah untuk menghasilkan warga gereja yang ‘banci’, yaitu ½ warga gereja
biasa dan ½ pendeta. Orang sering mengira bahwa warga gereja yang baik adalah
mereka yang banyak meninggalkan pekerjaan duniawinya lalu aktif dalam pekerjaan
rohani. Padahal yang dibutuhkan adalah kesaksian tanpa kata namun penetratif,
yaitu bersaksi melalui sikap dan perbuatan misalnya menunjukkan hasil kerja
yang bermutu dan jujur.
3. Pembinaan
Warga Gereja (PWG) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan
Kristen. Setiap anggota jemaat perlu memperoleh bimbingan perihal tanggung
jawab, kedudukan, dan fungsi masing-masing dalam jemaat sesuai dengan amanat
Tuhan Yesus sebelum ia naik ke surga (Matius 28:19-20). Di mana Tuhan Yesus
memerintahkan kita untuk memuridkan semua bangsa, membaptiskan mereka, dan
mengajarkan semua hukum-Nya. Dengan kata lain, ayat ini merupakan amanat
pendidikan untuk membina warga jemaat.
4. Keadaan
konkret warga gereja sebagai bagian integral dari suatu masyarakat global yang
hidup dan mengalami perubahan-perubahan mendasar yang cepat dan menyentuh
seluruh aspek kehidupan. Dalam rangka itulah PWG menjadi sangat relevan
menyiapkan warga gereja agar siap menyambut perubahan-perubahan itu.
1. Oliver
Mc Mahan, Gembala Jemaat yang Sukses, Sinode GBI, Jakarta, 2002, hlm 5.
2. Ralph
M. Riggs, Gembala Sidang yang Berhasil, Gandum Mas, Malang, 1984, hlm 16.
3. Dr.
Peter Wongso, Theologia Penggembalaan, SAAT, Malang, 1996, hlm 31.
5. Dr.
O. E. Ch. Wuwungan, Bina Warga; Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja, BPK Gunung
Mulia, Jakarta, 2012, hlm 127.
4 komentar:
terimakasih untuk Makalahnya memberikan motivasi untuk saya.
Terimakasih, Makalahnya, Tuhan Yesus memberkati.
sama2
Terimaksih untuk makalahnya....TYM
Posting Komentar