Kamis, 01 September 2016

MAKALAH PEMBINAAN WARGA GEREJA

MAKALAH
DASAR-DASAR ALKITABIAH PWG DAN APLIKASINYA DI GEREJAKU
O
l
e
h
LUNU MISSA
Nim: 15.12.285
Dosen: Pdt. Dr. Insriatmi, D. Min

SebagaiPersyaratanUntukMemenuhiTugas Mata Kuliah
Pembinaan Warga Gereja

 









SekolahTinggiTeologiElohim Indonesia
(STTELA)
Malang – Ampelgading  2015/2016

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang         .........................................................................................       1
B.     Tujuan Penulisan      .........................................................................................       2
C.    Ruang Lingkup         .........................................................................................       2
BAB II ISI
A.    Pengertian Pembinaan Warga Gereja        .....................................................       3
B.     Tugas Pembinaan Warga Gereja                .....................................................       3
C.    Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja (PWG) dalam Alkitab           .....       4
D.    Tujuan Pembinaan Warga Gereja              .....................................................       7
E.     Dasar-Dasar Alkitab Tentang Peran Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG).                 .........................................................................................       8
F.     Aplikasi atau Contoh Praktis Program & Model-Model P...........................        9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan                .........................................................................................       13
Daftar Pustaka                      .........................................................................................       14









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Kehidupan bersama itu dibentuk oleh orang-orang yang atas pertolongan Roh Kudus menerima dengan percaya terhadap penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pengertian demikian menunjukkan bahwa Gereja memiliki segi ilahi dan segi manusiawi. Segi ilahi Gereja adalah sebagai buah penyelamatan Allah, maka Pemilik dan Penguasa Gereja adalah Allah. Segi manusiawi Gereja adalah sebagai kehidupan bersama religius, yang oleh pertolongan Roh Kudus diciptakan dan diselenggarakan secara lembagawi oleh manusia.
Sebagai suatu kehidupan bersama religius yang lembagawi, Gereja membutuhkan kepemimpinan. Kekhasan kepemimpinan Gereja di dasarkan pada segi ilahi dan segi manusiawi Gereja. Dari segi ilahi gereja, Gereja adalah buah penyelamatan Allah, yang hidupnya dipimpin oleh Allah melalui bekerjanya Roh Kudus dengan Alkitab sebagai alat-Nya. Dari segi manusiawi, Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dipimpin oleh manusia yang atas kehendak Allah dalam kebijaksanaan-Nya dipanggil secara khusus untuk melaksanakan tugas kepemimpinan. Oleh karena itu, apa yang diputuskan dan atau yang dilakukan oleh manusia dalam memimpin Gereja, harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Untuk menentukan bahwa suatu keputusan dan atau tindakan manusia dalam memimpin Gereja dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah, dipakai tiga tolok ukur yang berjenjang. Tolok ukur tertinggi adalah Alkitab yang secara mutlak menentukan kebenaran tolok ukur yang lain, serta dalam bimbingan dan penguasaan Roh Kudus. Di bawah Alkitab adalah pokok-pokok ajaran Gereja yang dibuat berdasarkan Alkitab untuk menjadi pegangan bagi Gereja di dalam kehidupan dan pelaksanaan tugasnya.
Setiap Gereja adalah Gereja Allah yang mandiri yaitu Gereja yang memiliki kewenangan dan mampu mengatur diri sendiri, mengembangkan diri sendiri, dan membiayai diri sendiri. Dalam mewujudkan kemandiriannya setiap Gereja wajib mengembangkan kebersamaan dengan Gereja lain baik secara klasikal maupun sinodal. Sebaliknya, dalam kebersamaan klasikal dan sinodal wajib mengembangkan kemandirian setiap Gereja.
Semua pelayanan gereja adalah pembinaan warga gereja agar mampu melaksanakan tugas panggilan Tuhan. Pembinaan merupakan usaha gereja untuk mendewasakan warga gereja, agar melalui proses belajar dan mengalami perubahan diri yang terus menerus, warga gereja mau dan mampu bersaksi, bersekutu dan melayani di tengah-tengah gereja dan masyarakat.

B.     Tujuan Penulisan
Secara kategorial, tujuan dari pembinaan warga gereja, sebagai berikut:
a. Tujuan Umum :
·         Upaya meperlengkapi orang-orang kudus bagi pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.
·         Mempersiapkan warga gereja untuk hadir dan berperan serta agar menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat.
b. Tujuan Instruksional :
·         Meningkatkan kemampuan warga gereja dalam persekutuan, pelayanan dan kesaksian.
           
C.    Ruang Lingkup
Dalam Pembahasan Makalah ini, saya hanya membahas tentang:
1.      Pengertian Pembinaan Warga Gereja
2.      Tugas Pembinaan Warga Gereja
3.      Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja (PWG) dalam Alkitab
4.      Tujuan Pembinaan Warga Gereja
5.      Dasar-Dasar Alkitab Tentang Peran Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG).
6.      Aplikasi atau Contoh Praktis Program & Model-Model PWG.



BAB II
ISI

A.    Pengertian Pembinaan Warga Gereja
Istilah “pembinaan” berasal dari kata dasar ”bina”. Bila melihat ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dapat ditemukan bahwa kata “bina” berarti “mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna, dan sebagainya)”. Sedangkan arti dari kata “pembinaan” adalah “proses, cara, usaha, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan yang diberikan oleh Poerwadarmita (1987). Menurut beliau pembinaan adalah “suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil, untuk memperoleh hasil yang lebih baik.”[1]
Istilah “warga gereja” dalam bahasa Yunani ialah “laikoi”, yang berarti “semua anggota dalam tubuh Kristus, yaitu gereja secara rohaniah, yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat, terdaftar sebagai anggota dalam sebuah gereja lokal, dan juga yang turut mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi”. Dengan demikian semua orang yang telah dibaptis adalah warga gereja, termasuk pendeta dan semua pelayan Tuhan lainnya yang ada dalam gereja.
Berdasarkan pengertian dari kedua istilah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa “pembinaan warga gereja” adalah “suatu usaha pembinaan yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pengajaran Alkitab, dan merupakan proses untuk menghubungkan kehidupan warga jemaat dengan Firman Tuhan, melalui membimbing dan mendewasakannya dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus.”

B.     Tugas Pembinaan Warga Gereja
a.       Tugas PWG lebih banyak ke arah memperlengkapi warga gereja supaya meningkatkan kemampuan penghayatan imannya, tetapi juga agar ia dimungkinkan mewujudkan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat dimana ia berada dengan segala apa yang ada padanya.
b.      PWG lebih bersifat non-formal pada warga gereja (PWG secara formal di STT) yang diselenggarakan sesuai kebutuhan-kebutuhan khusus dan berlangsung dalam waktu yang singkat.
c.       Pelaksanaan tugas PWG lebih bersifat fleksibel di gereja (PWG di STT sesuai Standar Kurikulum : Nasional/Depak&Dikti, Persetia dan muatan lokal), karena disiapkan dan disusun sesuiai dengan kebutuhan-kebutuhan aktual.

C.    Dasar Teologis Pembinaan Warga Gereja (PWG) dalam Alkitab
Andar Ismail, dalam bukunya “Awam dan Pendeta”, Mitra Membina Gereja, mengatakan “setiap orang percaya diberi mandat oleh Allah untuk melayani orang-orang lain, untuk mengekspresikan imannya dalam tindakan sosial yang bermanfaat dan dengan demikian mengkomunikasikan kekuasaan Injil.”
Secara teologis, pemahaman ini mau menunjukkan bahwa tugas tugas pelayanan adalah tugas semua orang percaya. Artinya bukan hanya orang-orang yang secara struktural memiliki jabatan kependetaan, jabatan majelis, jabatan guru Injil dan lain-lain melainkan menjakup semua orang percaya. Karena itu pelaksanaan PWG dalam gereja mempunyai alasan teologis yang signifikan. Ayat pendukung yang dijadikan titik berangkat PWG adalah ayat yang dikenal dengan Amanat Agung, yaitu Matius 28:19-20.
Pembangunan Jemaat sebagai suatu panggilan Gereja, didasarkan pada penggunaan istilah oikodome (pembangunan) dan oikodomein (membangun, mendirikan, membuat) yang dipakai dalam alkitab. Dalam Perjanjian Lama, kata oikodomein itu dipakai untuk menunjuk pada pekerjaan atau perbuatan Allah yang membangun Bait-Nya (mis. Yes. 66:1 bdk. Kis. 7:48; Yer 33:7). Kata "Bait" dalam Perjanjian Lama ini dipahami sebagai "tempat Allah berdiam", yaitu tempat dalam arti fisik (bangunan Bait Allah) maupun dalam arti sekelompok orang yang disebut dengan kata ''umat Allah'. Dalam PB, pengertian "Bait" sebagai ''umat" juga berlaku, dan bahkan oleh Tuhan Yesus maupun oleh Rasul-rasul-Nya secara tegas menunjuk kepada "Gereja" sebagai suatu persekutuan orang beriman (Yoh. 2:21; Kis. 9:31; Ef. 2:19-22). Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Pembangunan Gereja itu sebenarnya adalah pekerjaan Allah sendiri. 
Namun selanjutnya, dalam rangka melaksanakan pekerjaan-Nya itu, Allah juga melibatkan orang-orang beriman dalam Gereja untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya. Kesediaan Allah melibatkan orang-orang beriman dalam pekerjaan-Nya itu, dapat kita jumpai dalam firman-Nya : " Dan biarlah dirimu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan (oikodome) rumah rohani (I Petrus 2:5) ".
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun orang beriman sebagai manusia memiliki berbagai keterbatasan dan kelemahan, namun Allah sendirilah yang menghendaki. Allah menghendaki agar orang-orang beriman menggunakan seluruh kemampuannya untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya (Mat. 22: 37-40). Oleh karena itu, Allah sendiri pula yang memperlengkapi orang-orang beriman untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan-Nya (I Kor. 12:4; I Kor. 14:12), dan yang pada akhirnya Allah jugalah yang menyempurnakan pekerjaan orang beriman dalam pembangunan Gereja-Nya (I Kor. 13:8-12). Apa yang dilakukan oleh Allah dan yang juga dipercayakan kepada orang-orang beriman, itu Allah lakukan dengan tujuan agar Kerajaan Allah semakin terwujud di dunia ini menuju kepada kesempurnaannya, yang berlangsung secara bertahap sebagai suatu pertumbuhan (I Kor. 3:6; Wahyu 21:2)
Dari apa yang telah diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa sebagai suatu panggilan, Pembangunan Jemaat adalah upaya orang-orang beriman untuk melibatkan diri dalam pekerjaan Allah, dengan bimbingan Roh Kudus serta terbuka menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki secara bertanggung jawab, dan dilakukan tahap demi tahap, sehingga Gereja menjadi seperti yang dikehendaki oleh Kristus.Tujuan PWG
Dalam Gereja, usaha perbaikan hidup dan karya Gereja itu secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua tujuan pokok, yaitu : pertumbuhan ekstensif (pertumbuhan ke luar) dan pertumbuhan intensif (pertumbuhan ke dalam).
Pertumbuhan Ekstensif mengandaikan adanya perluasan gereja karena adanya pertambahan anggota gereja baru. Pengandaian ini diinspirasi oleh pengalaman gereja pada zaman Para Rasul, dalam memberitakan injil kepada bangsanya dan bangsa-bangsa lain. Usaha itu mengakibatkan munculnya gereja-gereja baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru dibaptiskan (Kisah 2:41). Namun kegembiraan karena munculnya gereja-gereja baru itu segera disusul oleh adanya keprihatinan baru, yaitu keprihatinan akan kelangsungan, kesinambungan, dan pendalaman penghayatan iman akan Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya pertumbuhan ekstensif itu segera ditindak-lanjuti dengan pertumbuhan intensif. Pertumbuhan Intensif mengandaikan perlunya warga gereja baru itu semakin mendalami penghayatan imannya akan Yesus Kristus (Kisah 2:42).
Dalam suratnya kepada Jemaat Korintus, Paulus mengatakan bahwa dalam rangka pertumbuhan ke dalam, orang luar sejak semula harus sudah diperhatikan (I Kor. 14:23-25). Hubungan pertumbuhan ke dalam dan ke luar juga ditegaskan oleh kenyataan bahwa jemaat yang berkembang dengan baik, selalu menimbulkan daya tarik untuk orang luar (bdk. Kisah 2:41-47). Dari sudut pandang yang lain, perhatian ke luar juga penting bagi pembangunan ke dalam. Gereja yang hanya sibuk dengan kelangsungan dan keselamatan dirinya sendiri, niscaya kehilangan daya tariknya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam rangka memperbaiki kehidupan gereja itu merupakan usaha serempak membenahi pertumbuhan ke dalam demi pertumbuhan ke luar, sekaligus membenahi pertumbuhan ke luar sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ke dalam.
Namun tujuan Pembangunan Jemaat itu pertama-tama dan terutama bukan demi pertumbuhan ke luar dan ke dalam itu semata. Tujuan Pembangunan Jemaat adalah agar Gereja dalam hidup dan karyanya di dunia ini sungguh-sungguh menjadi Gereja Tuhan Yesus sebab, gereja adalah buah karya penyelamatan Allah yang difungsikan oleh Allah untuk ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah atas seluruh umat manusia (Kisah 13:2, 17:18; Matius 4:18-22; 2 Timotius 1:7-9, 2:3).
Oleh karena itu, tujuan Pembangunan jemaat bukan semata-mata demi dan untuk gereja itu sendiri. Tujuan Pembangunan Jemaat lebih luas dari Gereja, yaitu mengusahakan agar tindakan yang dilakukan di dalam dan oleh Gereja, senantiasa mengacu pada tujuan karya Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupannya, yaitu kedatangan Kerajaan-Nya di dunia ini.




D.    Tujuan Pembinaan Warga Gereja
Dalam Gereja, usaha perbaikan hidup dan karya Gereja itu secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua tujuan pokok, yaitu : pertumbuhan ekstensif (pertumbuhan ke luar) dan pertumbuhan intensif (pertumbuhan ke dalam).
Pertumbuhan Ekstensif mengandaikan adanya perluasan gereja karena adanya pertambahan anggota gereja baru. Pengandaian ini diinspirasi oleh pengalaman gereja pada zaman Para Rasul, dalam memberitakan injil kepada bangsanya dan bangsa-bangsa lain. Usaha itu mengakibatkan munculnya gereja-gereja baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru yang menggembirakan, karena ada banyak orang-orang baru dibaptiskan (Kisah 2:41). Namun kegembiraan karena munculnya gereja-gereja baru itu segera disusul oleh adanya keprihatinan baru, yaitu keprihatinan akan kelangsungan, kesinambungan, dan pendalaman penghayatan iman akan Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya pertumbuhan ekstensif itu segera ditindak-lanjuti dengan pertumbuhan intensif. Pertumbuhan Intensif mengandaikan perlunya warga gereja baru itu semakin mendalami penghayatan imannya akan Yesus Kristus (Kisah 2:42).
Dalam suratnya kepada Jemaat Korintus, Paulus mengatakan bahwa dalam rangka pertumbuhan ke dalam, orang luar sejak semula harus sudah diperhatikan (I Kor. 14:23-25). Hubungan pertumbuhan ke dalam dan ke luar juga ditegaskan oleh kenyataan bahwa jemaat yang berkembang dengan baik, selalu menimbulkan daya tarik untuk orang luar (bdk. Kisah 2:41-47). Dari sudut pandang yang lain, perhatian ke luar juga penting bagi pembangunan ke dalam. Gereja yang hanya sibuk dengan kelangsungan dan keselamatan dirinya sendiri, niscaya kehilangan daya tariknya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam rangka memperbaiki kehidupan gereja itu merupakan usaha serempak membenahi pertumbuhan ke dalam demi pertumbuhan ke luar, sekaligus membenahi pertumbuhan ke luar sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ke dalam.
Namun tujuan Pembangunan Jemaat itu pertama-tama dan terutama bukan demi pertumbuhan ke luar dan ke dalam itu semata. Tujuan Pembangunan Jemaat adalah agar Gereja dalam hidup dan karyanya di dunia ini sungguh-sungguh menjadi Gereja Tuhan Yesus sebab, gereja adalah buah karya penyelamatan Allah yang difungsikan oleh Allah untuk ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah atas seluruh umat manusia (Kisah 13:2, 17:18; Matius 4:18-22; 2 Timotius 1:7-9, 2:3).
Oleh karena itu, tujuan Pembangunan jemaat bukan semata-mata demi dan untuk gereja itu sendiri. Tujuan Pembangunan Jemaat lebih luas dari Gereja, yaitu mengusahakan agar tindakan yang dilakukan di dalam dan oleh Gereja, senantiasa mengacu pada tujuan karya Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupannya, yaitu kedatangan Kerajaan-Nya di dunia ini.

E.     Dasar-Dasar Alkitab Tentang Peran Gembala Dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG).
Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang termuat dalam Alkitab[2], baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai sosok gembala, antara lain:
a.       Gembala di dalam Perjanjian Lama
ü  Celakalah Gembala yang memberi makan dirinya sendiri (Yehezkiel 34:1 – 3). Pesan dari Yehezkiel 34 merupakan pernyataan utama dari perspektif Perjanjian Lama mengenai penggembalaan. Mereka yang memimpin bangsa Yehuda mempunyai fungsi penggembala. Hal ini termasuk para penguasa mau pun pemimpin agama; keduanya bertanggung jawab untuk memelihara bangsa. Tekanannya pada pemeliharaan rohani dari umat Allah. Di ayat 2, ada teguran dan dakwaan terhadap para gembala. Para gembala bangsa bersalah atas satu dosa yang tampak jelas, yaitu memberi makan diri sendiri bukannya memberi makan dombanya.
ü  Campur tangan Tuhan bagi kawanan domba yang terlantar (Yehezkiel 34:10b). Para gembala bisa saja beranggapan bahwa kawanan domba itu milik mereka sehingga diperlakukan seenaknya saja. Allah menegaskan siapa pemilik domba-domba itu sesungguhnya. Mereka adalah milik-Nya sendiri yang istimewa. Pada saat seorang gembala terlalu memperhatikan kebutuhannya sendiri sehingga mengabaikan dan menganiaya kawanan dombanya, ia secara sadar mau pun tak sadar mulai mengambil keuntungan dari mereka.

b.      Gembala di dalam Perjanjian Baru
§  Gembala sejati (Yohanes 10:1 – 6). Sebagaimana domba-domba mengenali suara Sang Gembala Utama, demikianlah jemaat seharusnya mempunyai keyakinan teguh kepada masing-masing gembala jemaatnya. Pengadaan fasilitas dan aktivitas gerejawi bukanlah aspek-aspek penting dari pelayanan gereja, melainkan hubungan pribadi yang dekat antara gembala dengan jemaatnya.
§  Gembala penjaga (Yohanes 10:7 – 18). Ancaman bahaya yang paling menakutkan dari kawanan domba tanpa penjagaan dari gemabalanya adalah bahaya pembunuhan dari hewan-hewan buas yang ada di sekelilingnya, dibandingkan ancaman kelaparan. Karakter gembala sejati menjadikannya seorang gembala penjaga. Dialah yang menjamin fungsi perlindungan.
§  Kawanan domba mengenal gembala yang sejati (Yohanes 10:19 – 29). Hanya domba yang mengenal suara Gembala Utama yang dapat menerima pemeliharaan penggembalaan-Nya. Sebagian orang Yahudi menginginkan pemeliharaan itu. Namun, karena ketidakpercayaan mereka, perpecahan dan kebingungan terus berlanjut di antara mereka. Akibatnya, mereka tidak menerima pemeliharaan Gembala Utama. Demikian juga orang di gereja tidak dapat menerima pemeliharaan pastoral jika mereka tidak percaya penuh kepada kuasa dan karya Tuhan Yesus.

F.     Aplikasi atau Contoh Praktis Program & Model-Model PWG.
PWG merupakan salah satu upaya konkret gereja dalam melaksanakan tugas perberdayaan umat-Nya, baik yang bersifat teologis maupun yang bersifat praktis secara relevan. Artinya bahwa; dari aspek teologis, gereja dan wargannya diperlengkapi kemampuan menginterpretasikan kebenaran pesan-pesan Alkitabiah secara tepat dan benar ke dalam situasi masyarakat tertentu ataupun dunia.
Di sini dibutuhkan disain pembinaan teologi warga jemaat yang berbobot dan tepat, artinya dapat menjawab pergumulan dan pertanyaan-pertanyaan iman Kristen. Sedangkan aspek praktis, pembinaannya diharapkan menyentuh seluruh aspek perlengkapan dasar manusia (dalam bentuk multi kompetensi) agar gereja dan wargannya memiliki ketrampilan pengetahuan (technical Know how) dalam berbagai segi, untuk mengatasi masalah-masalah hidup yang dihadapinya. Berikut adalah contoh dari bagaimana cara penyusunan program PWG dan contoh programnya yang belum update, supaya kita tahu bagaimana kemudian mengembangkan dalam dunia kita saat ini.
Contoh                        :   Pedoman Penyusunan Program Pembinaan dalam Jemaat.
Langkah I        : Kebutuhan
Langkah II      : Menetapkan Tujuan
Langkah III     : Menyusun Program
Langkah IV     : Menyediakan Bahan dan Metode
Langkah V      : Organisasi dan Administrasi
Langkah VI     : Evaluasi
Langkah VII   : Kebutuhan Baru
Contoh            : Strategi Program Pembinaan Warga Jemaat .
Pelayanan Mimbar
Peranan Penyambut Tamu dalam Pelayanan Jemaat.
Pelayanan Kunjungan.
Kelompok Doa
Pelayanan Bimbingan
Pemahaman Alkitab (P.A.)
Latihan Kepemimpinan Kristen.
Persekutuan Kaum Pria.
Program Pembinaan Pemuda/i
Program Pembinaan Keluarga
Pembinaan Kaum Dewasa.
Seminar Penatalayanan Keuangan
Kita bisa melanjutkan dengan daftar program yang sesuai dengan kebutuhan dari jemaat lokal dimana kita melayani, dimana pada intinya kita sebagai pendamping/pendorong/pelatih untuk memperlengkapi jemaat seperti kita telah diperlengkapi lebih dahulu. Contoh lain juga bisa kita dapatkan dari buku Seri Pembinaan Jemaat yang ditulis oleh G. Rimer, berisi tentang bahan-bahan penataran untuk Penatua yang diterbitkan dalam empat jilid :
1.      Jemaat Yang Hidup  
2.      Si Penatua  
3.      Kunjungan Rumah  
4.      Administrasi Gereja  
Dengan contoh-contoh seperti tersebut di atas kita bisa membuat buku dan bahan penataran untuk jemaat yang kita layani seperti pelatihan musik atau vokal dst. Bahkan mereka didorong untuk juga membekali jemaat lain dengan keahlian sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing, baik itu bidang ekonomi, politik, kewirausahaan/bisnis, pendidikan dan seterusnya di segala aspek kehidupan. Di mana pada intinya ada di area  model-model PWG seperti :
§  Lewat Pengajaran
Pengajaran Firman Tuhan adalah dasar dari semua program dalam Pembinaan Warga Gereja. Pemberitaan Firman harus menjadi pusat pembinaan iman warga gereja, karena iman datang dan bertumbuh dari mendengar akan Firman Tuhan (Roma 10:17).
§  Lewat Pelayanan khusus (kategorial)
Adanya pelayanan khusus (kategorial) ini adalah karena melibatkan warga yang mempunyai kesamaan minat dalam bidang-bidang tertentu seperti kewanitaan, kepemudaan, pendidikan anak-anak dan remaja, kebapaan. [18]  Warga gereja dibina sesuai dengan kelompok usia dan jenisnya masing-masing agar tujuan pembinaan dapat diterima dengan kontekstual dan prosesnya dapat berjalan efektif.
§  Lewat Pemuridan
Banyak gereja yang menawarkan berbagai “program pemuridan” seperti kelas-kelas, seminar-seminar, kelompok-kelompok kecil pemuridan. Apabila diamati lebih seksama, ternyata “program-program pemuridan” yang demikian tidak efektif dalam menghasilkan perubahan hidup yang kokoh. Perubahan hidup yang nampak hanya bersifat sementara bila tidak ditindaklanjuti secara berkelanjutan. Esensi dari pemuridan yang sebenarnya adalah memberikan contoh atau model dalam menuntun orang lain untuk mencapai potensi maksimalnya.
§  Lewat Kelompok Kecil
Pembentukan persekutuan warga jemaat dalam kelompok-kelompok kecil merupakan strategi yang baik untuk menyediakan komunitas yang sehat kepada mereka, hal ini dimaksudkan agar antar warga jemaat dapat saling memperhatikan dan membangun sehingga sama-sama mengalami pertumbuhan jasmani dan rohani. Perlu ditegaskan bahwa memperhatikan antar warga jemaat di dalam kelompok kecil tidak hanya sebatas masalah rohaninya saja, tetapi juga masalah lain yang menyangkut seluruh segi kehidupan (kesehatan, ekonomi, pendidikan, keluarga, dll).   
§  Lewat Pelatihan keterampilan hidup
Gereja yang benar sesungguhnya tidak pernah membatasi fungsinya hanya sebagai pengelola program-program pembinaan bagi warga jemaat yang erat kaitannya dengan hal-hal rohani saja. Gereja dapat mengadakan pelatihan keterampilan hidup sesuai dengan kebutuhan warga jemaatnya. Misalnya pelatihan memasak bagi jemaat wanita, ini dapat membekali mereka yang hendak membuka usaha kuliner untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan sesungguhnya lebih luas lagi dalam dunia pendidikan formal baik umum ataupun STT bahkan Rumah Sakit.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tulisan ini mau mengkritisi si pelayan (pendeta dan Jemaat), pelayanan itu sendiri dan PWG yang perlu terus update sebagai bidang ilmu. Berikut adalah beberapa kesimpulannya.
1.      PWG berasumsi bahwa konsepsi yang tinggi tentang warga gereja bukan berari konsepsi yang rendah tentang jabatan pendeta. Kelahiran PWG bukanlah untuk memperjuangkan status yang lebih tinggi bagi warga gereja lalu mengurangi arti jabatan pendeta. Peranan warga gereja adalah di garis depan, dan untuk itu dibutuhkan pembekalan pendeta di garis belakang. Keduannya saling menopang, sehingga pendeta dan jemaat saling belajar, bukan dimana pendeta mentransmisikan suatu kebenaran otoritatif. 
2.      Adanya PWG bukanlah untuk menghasilkan warga gereja yang ‘banci’, yaitu ½ warga gereja biasa dan ½ pendeta. Orang sering mengira bahwa warga gereja yang baik adalah mereka yang banyak meninggalkan pekerjaan duniawinya lalu aktif dalam pekerjaan rohani. Padahal yang dibutuhkan adalah kesaksian tanpa kata namun penetratif, yaitu bersaksi melalui sikap dan perbuatan misalnya menunjukkan hasil kerja yang bermutu dan jujur.
3.      Pembinaan Warga Gereja (PWG) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan Kristen. Setiap anggota jemaat perlu memperoleh bimbingan perihal tanggung jawab, kedudukan, dan fungsi masing-masing dalam jemaat sesuai dengan amanat Tuhan Yesus sebelum ia naik ke surga (Matius 28:19-20). Di mana Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk memuridkan semua bangsa, membaptiskan mereka, dan mengajarkan semua hukum-Nya. Dengan kata lain, ayat ini merupakan amanat pendidikan untuk membina warga jemaat.
4.      Keadaan konkret warga gereja sebagai bagian integral dari suatu masyarakat global yang hidup dan mengalami perubahan-perubahan mendasar yang cepat dan menyentuh seluruh aspek kehidupan. Dalam rangka itulah PWG menjadi sangat relevan menyiapkan warga gereja agar siap menyambut perubahan-perubahan itu.
Daftar Pustaka

1.      Oliver Mc Mahan, Gembala Jemaat yang Sukses, Sinode GBI, Jakarta, 2002, hlm 5.
2.      Ralph M. Riggs, Gembala Sidang yang Berhasil, Gandum Mas, Malang, 1984, hlm 16.
3.      Dr. Peter Wongso, Theologia Penggembalaan, SAAT, Malang, 1996, hlm 31.
4.      www.bukharistyle.bolgspot.com, diakses pada 9 April 2013.
5.      Dr. O. E. Ch. Wuwungan, Bina Warga; Bunga Rampai Pembinaan Warga Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2012, hlm 127.






[1]www.bukharistyle.bolgspot.com, diakses pada 9 April 2013.
[2]Oliver Mc Mahan, Gembala Jemaat yang Sukses, Sinode GBI, Jakarta, 2002, hlm 5.

4 komentar:

Ell Usman mengatakan...

terimakasih untuk Makalahnya memberikan motivasi untuk saya.

KOMUNITAS PERSEKUTUAN DOA GENERASI MUDA (KPDMK) KWAMKI NARAMA TIMIKA PAPUA mengatakan...

Terimakasih, Makalahnya, Tuhan Yesus memberkati.

Unknown mengatakan...

sama2

DaPan.com mengatakan...

Terimaksih untuk makalahnya....TYM

Gambaran Yesus Kristus Adalah Seorang Ayah Yang Baik

     Sebagian orang menggambarkan Tuhan sebagai yang duduk dengan nyaman di takhta-Nya yang jauh, mengatur, cuek, dan sangat tidak tertarik ...