Kamis, 01 September 2016

Baptisan Selam dan Baptisan Percik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Sebagai perwujudan kemurahan Allah bagi manusia, baptisan merupakan bagian dari ajaran Kristen yang sangat penting dalam memahami penerimaan keampunan dosa, kelahiran kedua kali dan memperoleh kebahagiaan kekal. Namun dalam prakteknya, masih banyak orang Kristen yang tidak mengerti apa yang sesungguhnya tujuan melaksanakan baptisan itu dengan membawa anak-anak mereka untuk menerima baptisan tersebut. Pertentangan yang sering terjadi antara sesama orang Kristen di Dunia pada umunya dan di Indonesia pada khusunya. Para pakar perjanjian baru dan para bapak gereja mendiskusikan kebenaran dari baptis percik dan baptis selam.
Bagi kalangan teologi sering didebatkan dan tidak ditemukan satu jawaban yang sangat pasti mengenai kebenaran akan kedua baptis ini. Hal yang paling ekstrim dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan adalah para penganut baptis selam dan baptis percik mereka saling menghakimi dan menentukan kebenaran menurut pemikiran mereka sendiri.  Korban dari perdebatan ini adalah jemaat dan orang kristen yang tidak mengetahui dengan pasti kebenaran kedua baptis ini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa para pakar teologi telah membuat sebuah kebingungan dan pertanyaan bagi jemaat. Hal ini wajar karena poa pikir manusia yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan.
B.     Tujuan Makalah
Dalam pengertian tentang baptis  yang memiliki perbedaan adalah titik tolak dimana manusia tidak akan pernah puas daan selalu mencari cara untuk memuaskan pikiran dan keinginan mereka. Demikian juga perdebatan yang tak henti-hentinya tentang baptis ini  Masyarakat Kristen pasti memiliki pandangan masing masing mengenai baptis ini. Saya akan menjelaskan  bahwa walaupun terdapat cara baptis yang berbeda pada dasarnya adalah kita telah lahir baru lewat kita yakin, mengimani dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Sang Mesias (Yohanes 14:6). Kita yakin bahwa Yesus mati di bukit golgota dan telah bangkit diantara orang mati dan nantinya Yesus juga kan datang kedua kalinya untuk menjemput orang yang percaya kepada Allah.
C.     Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, saya hanya membahas tentang apa itu baptisan dan baptisan menurut salah satu tokoh gereja, yaitu Marthen Luther serta makna baptisan dan pandangan penganut baptis selam dan baptis percik, kontradiksi baptis selam.














BAB II
ISI

A.    Definisi Baptisan
          Istilah baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “βαπτισμα” (kata benda bentuk nominatif tunggal neuter) yang dapat diartikan dengan kata “baptisan”. Secara etimologi kata ini berasal dari kata dasar “βαπτω” yang mempunyai arti dasarnya ialah saya mewarnai, dan kemudian artinya berkembang menjadi saya membasahi, saya membenamkan. Kata ini juga dapat diartikan dengan saya mencelupkan, membersihkan atau memurnikan melalui pembasuhan.
Pengertian “βαπτώ” yang sering dipakai dalam kekristenan sekarang ini ialah berarti membaptiskan. Sedangkan bentuk infinitip dari kata “βαπτω” ialah kata “βαπτιζειν” yang berarti kata yang menyuruh untuk membaptiskan. Kata “βαπτιζειν” ini menandakan tindakan luar yang kemudian menjadi syarat untuk usaha dari baptisan yang didasarkan pada Kristus. Sedangkan Yesus memakai kata “βαπτιζοντες”  untuk menyuruh murid-muridNya membaptis di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus[1].Kata “βαπτισμα” ini bukan hanya sekedar pencelupan ke dalam air belaka, namun melalui perantaraan air tersebut maka makna kata baptisan itu telah berubah, misalnya dalam Roma 6:4 kata dibaptiskan telah berubah makna menjadi dikuburkan dan dibangkitkanbersama Kristus. Sedangkan dari Efesus 4:5, kata “βαπτισμα” maknanya menjadi untuk membentuk arti kata yang menunjuk kepada satu kesatuan jemaat.
Arti kata “βαπτισμα” juga bukan hanya menunjuk kepada tindakan/reaksi dalam bentuk dari luar tetapi mencakup tindakan dalam bentuk dari dalam. Tindakan dalam bentuk dari luar ialah dengan adanya penyucian melalui pembaptisan dengan air, sedangkan tindakan dalam bentuk dari dalam ialah dengan adanya pertobatan dan penyucian hati.

B.     Pentingnya Baptisan
·                Kristus dibaptis (Mat 3:16). Walaupun arti baptisanNya berbeda sama sekali dari arti baptisan orang Kristen, namun hal itu mengandung arti bahwa kita mengikuti Tuhan apabila kita dibaptis. Harus disadari, kita tidak akan pernah mampu meniru pribadi yang tidak berdosa; namun kita harus mengikuti langkah-langkahNya, dan baptisan merupakan salah satu langkahNya (1 Petrus 2:21).
·                Tuhan menyetujui murid-muridNya untuk membaptiskan (Yoh 4:1-2).
·                Kristus memerintahkan supaya orang percaya dibaptiskan pada zaman ini (Mat 28:19). Perintah ini jelas bukan hanya untuk para rasul yang mendengarnya, namun untuk para pengikutnya di sepanjang zaman, karena Ia berjanji akan menyertai mereka senantiasa sampai pada kesudahan zaman.
·                Gereja mula-mula sangat mementingkan Baptisan (Kisah 2:38,41; 8:12,13,36,38; 9:18; 10:47,48; 16:15,33; 18:8; 19:5). Gereja mula-mula sama sekali tidak menerima orang percaya yang tetap tidak dibaptiskan.
·                Perjanjian Baru menggunakan ordonansi (upacara yang diperintahkan Tuhan untuk dilaksanakan Gereja) itu untuk menggambarkan atau melambangkan kebenaran teologis yang penting (Rm 6:1-10; Gal 3:27; 1 Ptr 3:21).
·                Penulis surat Ibrani mengatakan Baptisan merupakan suatu Kebenaran yang Mendasar (Ibr 6:1-2). Baptisan bukan lagi merupakan pilihan atau kurang penting bila dibandingkan dengan pengajaran tentang pertobatan, kebangkitan, dan penghakiman.

C.     Baptisan menurut Martin Luther
           Menurut Luther, baptisan bukanlah hasil pikiran manusia, melainkan wahyu dan pemberian Allah. Baptisan tidak bisa dianggap sepele, melainkan harus dipandang sebagai sesuatu yang terbaik dan luhur. Meskipun baptisan merupakan hal lahiriah, namun yang jelas firman dan perintah Allah menetapkannya dan meneguhkannya. Lebih-lebih baptisan itu dilakukan di dalam namaNya. Luther mendirikan pendapatnya di atas Mat. 28:19-20. Dibaptis dalam nama Allah bukanlah dibaptis oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Karena itu, walaupun manusia yang melakukannya, baptisan itu benar-benar perbuatan Allah sekaligus. Artinya, jika pun seorang imam atau pendeta melayani sakramen baptisan kudus, sebenarnya Allah sendirilah pelaku utama dalam sakramen tersebut bukan  pendeta.
Luther berpendapat bahwa baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air yang terkandung dalam firman dan perintah Allah serta dikuduskan oleh-Nya. Dengan demikian baptisan tidak lain daripada Allah sendiri; bukan karena air itu lebih istimewa dari segala jenis air yang lain, tetapi karena firman dan perintah Allah yang menyertainya. Jadi, baptisan berbeda dengan air yang lain, bukan karena apa adanya, melainkan karena sesuatu yang lebih mulia menyertainya. Allah sendiri menaruh kemuliaanNya atasNya dan mengalirkan kuasa kuasa dan kekuatan ke dalamnya. Baptisan adalah suatu firman surgawi yang kudus, pujian apapun tidak cukup untuk memuliakannya, karena seluruh kuasa dan kemampuan Allah ada di dalamnya.
         Menurut Luther, tidak ada mutiara yang lebih berharga daripada baptisan. Menurutnya, pemberian-pemberian dalam baptisan begitu banyak dan tak ternilai harganya, antara lain kemenangan atas maut dan iblis, pengampunan dosa, kemurahan Allah, Kristus seutuhnya dan Roh Kudus dengan pemberian-pemberian-Nya. Seseorang yang dibaptis menerima janji akan berbahagia selama-lamanya. Itulah dampak yang dihasilkan oleh perpaduan air dan Firman dalam baptisan, yakni bahwa tubuh dan jiwa memperoleh kesukaan: Firman yang menjadi pegangan jiwa sekaligus akan memberi kesukaan bagi tubuh. Luther kemudian menghubungkan asumsinya dengan Roma 6, yang berbicara seputar topik kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut Luther, baptisan sebagai sakramen yang kudus telah mengikutsertakan kita di dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
a.         Baptisan Anak-anak
Sah tidaknya baptisan tidak tergantung pada orang yang dibaptis, demikialah asumsi Luther menanggapi pertanyaan orang-orang tentang baptisan kepada anak. Menurutnya, baptisan bergantung pada Firman yang menyatu dengan air. Siapapun yang dibaptis, Allah berkenan atas baptisan tersebut, sebab memang Allah sendirilah yang menjadi aksiom baptisan. Seperti telah dibahas sebelumnya, Luther mengatakan bahwa baptisan adalah kehendak Allah, bukan kehendak manusia. Oleh sebab itu, baik anak-anak ataupun orang dewasa, jika baptisan itu atas nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka baptisan itu adalah sah adanya.[2]
b.        Manusia Lama Sudah Mati, Manusia Baru Hidup Kembali
Bagi Luther, baptisan yang ideal adalah baptisan dengan cara dicelupak ke dalam air. Ketika dicelupkan ke dalam air, air itu melingkupi diri orang yang dibaptis dan kemudian ditarik lagi keluar; berarti mematikan Adam yang Lama dan membangkitkan manusia baru. Luther mengatakan bahwa hal ini harus terjadi terus-menerus sepanjang hidup. Dengan demikian, kehidupan orang Kristen tidak lain daripada baptisan setiap hari.
            Sekali baptisan itu dimulai, maka kita terus-menerus berada di dalamnya. Sebab kita tidak pernah berhenti membersihkan apa-apa yang berasal dari Adam lama; dan apa saja yang termasuk manusia baru harus terus menerus muncul. Yang dimaksud oleh Luther dengan manusia lama adalah apa yang dilahirkan dalam diri kita dari Adam, yakni: amarah, cemar, iri hati, mesum, tamak, malas dan tinggi hati. Oleh karena itu, manakalah kita masuk ke dalam kerajaan Kristus, semua ini mesti makin berkurang dari hari ke hari, sehingga makin hari kita makin lembut, sabar dan rendah hati, serta membuang ketamakan, kebencian, iri hati dan kesombongan. Di mana ada iman beserta buah-buahnya, di sana baptisan bukan merupakan lambang yang samar-samar saja, melainkan benar-benar nyata pengaruhnya. Sebaliknya, tanpa iman baptisan itu hanyalah tanda belaka, tanpa pengaruh apapun.

C.    Makna Baptisan
          Baptisan dan Perjamuan Kudus adalah sakramen yang ditentukan oleh Kristus untuk ditaati orang percaya. Kedua sakramen ini mempunyai makna rohani yang sangat dalam berkaitan dengan apa yang telah Allah kerjakan bagi keselamatan manusia berdosa melalui pribadi Yesus Kristus. Perjamuan Kudus bertalian dengan karya Kristus yang menjadikan diri-Nya sendiri sebagai korban penghapus dosa dunia ini.
Tindakan menebus manusia berdosa menuntut kematian Kristus. Kematian-Nya di atas salib adalah akibat dari menanggung hukuman atas dosa manusia. Sebab itu, setiap kali perjamuan kudus dirayakan, sakramen ini membawa umat beriman untuk mengingat kembali akan tubuh Kristus yang telah dipersembahkan menjadi korban pendamaian dan juga akan darah kudus-Nya yang telah dicurahkan bagi pengampunan manusia berdosa. Jika perjamuan kudus berbicara tentang karya Tuhan Yesus dalam menggenapi rancangan keselamatan yang direncanakan Allah, maka baptisan kudus berbicara mengenai pekerjaan Roh Kudus yang menerapkan atau mengaplikasikan hasil karya penebusan Kristus terhadap orang percaya.      Robert Rayburn mengatakan, “Seperti Perjamuan Kudus melambangkan pekerjaan Kristus, demikian juga baptisan melambangkan pekerjaan dari Roh kudus.” Dalam ordinasi yang pertama Allah berbicara kepada kita tentang darah pembasuh; dalam ordinasi kedua dibicarakan “penyucian kelahiran kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus.”  Jadi, dalam perjamuan kudus fokusnya adalah pada pengorbanan Kristus. Sedangkan dalam baptisan fokusnya adalah pada pelayanan Roh Kudus. Berbicara tentang baptisan, harus diketahui dengan jelas bahwa sakramen ini sama sekali tidak menyelamatkan orang berdosa. Imanlah satu-satunya sarana yang membawa efek keselamatan bagi kita. Rasul Paulus menegaskan bahwa “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman…” (Ef. 2:8; Bdk Rom. 10:9-10). Bagaimana iman dapat timbul dalam hati manusia? Ini terjadi karena pekerjaan Roh Kudus. 

D.   Pandangan penganut Baptis Selam dan Percik
a.       Baptis Percik
         Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa baptisan air adalah suatu tanda kelihatan dari karya Roh Kudus yang tidak kelihatan, yakni pekerjaan-Nya melahir-barukan orang berdosa. Baptisan air melambangkan baptisan Roh Kudus. Dalam Alkitab, air adalah simbol untuk melukiskan Roh Kudus (Yoh. 7:38-39).
Dengan demikian, maka baptisan air adalah lambang untuk menyatakan baptisan Roh Kudus.
         Alkitab juga mencatat bahwa karya Roh Kudus dalam kehidupan manusia selalu digambarkan sebagai ‘turun dari atas’ atau ‘dicurahkan dari atas’. Ketika para rasul mengalami penggenapan nubuat ini, mereka semua dihinggapi oleh “lidah-lidah seperti nyala api” simbol dari Roh Kudus yang turun dari langit (Kis. 2:2-4).Pada saat Tuhan Yesus menerima baptisan air dari Yohanes maka segera setelah itu, Roh Kudus turun ke atas diri-Nya dalam bentuk burung merpati (Mat. 3:16, Mark. 1:10, Luk. 21-22).
b.             Baptisan Selam
          Mereka berkeyakinan bahwa kata Yunani untuk membaptis yaitu “baptizw” (baptizo) atau kata infinitive-nya “baptizein” (baptizein) selalu bermakna utama mencelupkan atau menenggelamkan ke dalam air. Berlandaskan arti hurufiah kata ini, mereka sangat menekankan bahwa makna literal ini dengan sendirinya sudah menunjukkan cara baptisan yang tidak lain adalah dengan diselamkan. Karena tidak bersifat “single-meaning” maka jika kelompok yang memegang baptisan selam telah memakai salah satu maknanya yaitu ‘mencelupkan’ untuk dijadikan penentu metode baptisan, maka golongan yang melaksanakan baptisan percik juga berhak mengambil makna lain dari kata  to wash atau to purify by washing untuk dipakai sebagai penentu cara baptisan.  Pada intinya, arti dari kata “baptizw“ dan “baptizein” tidak bisa menjadi argumentasi yang definitif untuk menentukan satu-satunya cara yang sah dalam pembaptisan. Fakta adanya aneka-arti untuk kata “baptizw“ dan “baptizein” menyatakan bahwa tidaklah memadai jika cara baptisan ditentukan hanya berdasarkan makna literal dari kata aslinya. Kedua, pada beberapa bagian Alkitab, kata “baptizw“ atau “baptizein” yang dipakai sangat jelas tidak mengandung arti menenggelamkan atau mencelupkan. Misalnya, Mark. 7:4, kata yang diterjemahkan oleh LAI sebagai “membersihkan dirinya” dalam bahasa Yunaninya adalah membaptis.
Teks Alkitab lainnya yang dipakai untuk mendukung metode baptisan selam adalah Yoh. 3:23. Dikatakan pada bagian ini bahwa Yohanes membaptis di dekat Salim ‘sebab disitu banyak air.’ Kata banyak air ini dianggap sebagai indikasi tentang baptisan selam. Robert Rayburn berpendapat bahwa sebenarnya itu tidak dimaksudkan demikian. Karena kata aslinya bukan mengatakan ‘banyak air’ tetapi lebih tepat ‘beberapa air’ atau ‘beberapa mata air’.

E.    Kontradiksi baptis selam
Pada hari Pentakosta, terjadi pertobatan massal sebagai respon terhadap khotbah yang diberitakan oleh rasul Petrus. Ada 3.000 orang bertobat dan pada hari itu juga mereka dibaptiskan (Kis. 2:41). Mungkinkah 12 rasul yang ada bisa membaptis orang percaya sebanyak ini dalam satu hari? “Tidak cukup fasilitas untuk membaptis selam 3.000 orang pada hari itu di Yerusalem. Di Yerusalem tidak cukup air untuk membaptis semua ukuran orang. Bahkan dengan hanya 12 rasul yang membaptis, tidak cukup waktu untuk melakukan baptisan selam.

     










BAB III
 PENUTUP

A.     Kesimpulan
          Allah sendirilah yang menjadi dasar dan pelaksana utama dalam Baptisan, bukan manusia. Oleh karena itu, tidak menjadi persoalan tentang siapa orang yang dibaptis, apakah orang dewasa atau anak-anak; sebab jika baptisan tersebut dilaksanakan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka sakramen tersebut adalah sah. Seorang yang menerima baptisan berarti telah ikut dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
         Alkitab tidak pernah berbicara tentang cara pembaptisan. Sebab itu, tidak boleh ada satu cara yang dimutlakkan (baik selam atau percik atau pencurahan) dan tidak perlu ada klaim mengenai satu-satunya cara yang sah dalam menjalankan baptisan.
B.     Saran
         Kita harus mengakui bahwa makna baptisan jauh lebih penting dari pada caranya. Persetujuan terhadap statement ini akan menghadirkan sikap yang tolerir (bisa menerima) terhadap cara apa pun yang diterapkan, asal saja baptisan itu memakai unsur air dan dilakukan dalam nama Allah Tri Tunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19).
Setiap orang yang memiliki pengalaman lahir baru, bertobat dan beriman adalah orang yang telah dibaptis oleh Roh Kudus. Selain menjadi tanda, baptisan air yang diterima dengan iman akan berfungsi sebagai meterai yang menyatakan kehadiran Roh Kudus yang memberikan jaminan keselamatan. 
.





DAFTAR PUSTAKA
Xavier Leon, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta 1990: hlm. 156.
O. Cullmann, Baptism in The New Testament, SCM Press Ltd., London 1956: hlm. 14.
Oepke, “βαπτω, βαπτιζω, βαπτισμος, βαπτισμα, dalam TDNT Vol. I, WMB Eerdmands Publishing Company, Michigan t.t.: hlm. 531.
1964 Geoffrey, Chapmann Baptism in the New Testament: A Symposium, London . 1964 .Kerr Jr., Hugh Thomson (ed.).
Oepke, “βαπτω, βαπτιζω, βαπτισμος, βαπτισμα, dalam TDNT Vol. I, WMB Eerdmands Publishing Company, Michigan t.t.: hlm. 531.
1964 Baptism in the New Testament: A Symposium, London (Geoffrey Chapmann).Kerr Jr., Hugh Thomson (ed.).
1956 Baptism in The New Testament, London (SCM Press Ltd.).End, Van den.
Teologi Dasar 2, Charles Caldwell Ryrie, PBMR ANDI, hal 223-228






2 komentar:

Unknown mengatakan...

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

EBOBET mengatakan...

EBOBET Situs Agen Slot Terbaik dan Terpercaya 2020
Minimal deposit 10ribu


Bonus yang tersedia saat ini :
Bonus New member SPORTBOOK 100%
Bonus New member SLOT GAMES 100%
Bonus New member ALL GAMES 20%
Bonus Setiap Deposit 3%
Bonus Cash back 5% UP 10%
Bonus Rollingan Live Casino 0,8% - 1%
Bonus Kemenangan beruntun Sportbook
Bonus Event Mix Parlay
Bonus COMBO Mix Parlay

Bisa via pulsa, dana, gopay dan ovo
Untuk keterangan lebih lanjut bisa menghubungi :
Situs : EBOBET
𝚆𝙰 : +855 967 598 801

Gambaran Yesus Kristus Adalah Seorang Ayah Yang Baik

     Sebagian orang menggambarkan Tuhan sebagai yang duduk dengan nyaman di takhta-Nya yang jauh, mengatur, cuek, dan sangat tidak tertarik ...